PASAR YANG ADIL DALAM DISTRIBUSI PANGAN

A fair market in food distribution. 

Sudah menjadi persoalan umum, klasik dan berulang, bahwa pasar produk - produk pertanian sering dilanda gejolak turun naik harga yang sangat tajam. Petani sering mengeluh, peternak mengeluh, konsumen juga  mengeluh. Bisakah 'keluhan' kita berakhir? 

MASA KETIKA PETANI KALAH

Meski petani dapat sukses dalam proses produksi on farm ((budidaya), Petani tetap bisa rugi karena harga turun drastis. Ada kalanya, harga begitu rendah hingga jauh dibawah Harga Pokok Produksi, sehingga petani merugi meskipun berhasil dalam budidaya. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh Pasokan yang melimpah sehingga pengepul dan pembeli memiliki banyak pilihan. Uniknya, pada kondisi ini, konsumen akhir, misalnya rumah tangga atau Rumah makan, sebenarnya tidak terlalu dipengaruhi jika mereka tetap membeli dengan harga yg wajar, karena mereka sudah memiliki budget yang wajar untuk Cabe atau tomat mereka, dan mereka juga tidak ikutan menurunkan harga jual seporsi nasi padang mereka. Jika ada relasi yang lebih  adil dimana para pembeli memiliki hubungan langsung dengan petani dan produsen, maka petani bisa ditolong untuk tidak merugi, dengan cara pembeli tetap membeli pada harga yg wajar. 

Jadi dengan rantai distribusi yang panjang dan tertutup, sering kali petani merugi tetapi konsumen akhir juga tidak selalu 'lebih untung.' Sering juga para pihak diantara kedua ujung proses distribusi itu yang memanfaatkan peluang banyaknya pasokan. Jika kondisi ini sering terjadi, bukan tidak mungkin, petani akan gulung tikar/bangkrut dan tidak ada lagi yang mau mengusahakan komoditi tersebut. Inilah posisi dimana PETANI KALAH. 

MASA KETIKA PETANI MENANG, TETAPI KONSUMEN TERTEKAN

Ada kalanya, Konsumen Akhir tertekan karena harga pangan yang terlalu tinggi. Pada kondisi pasokan sedikit, baik karena musim maupun tingginya permintaan, seringkali harga produk pangan melonjak terlalu tinggi sehingga berimbas pada konsumen akhir yang tidak bisa lagi menyediakan makanan dengan harga yang wajar dan mampu diakses masyarakat. Misalnya jika harga cabe mencapai Rp. 100.000,- per kg, tentu kita bisa bayangkan bagaimana Tukang Pecel Lele atau Warung Nasi Padang harus mencari cara untuk tetap jualan dengan sambal yang biasa. Pada titik ini, kita berfikir petani menang, karena mereka bisa mendapatkan untung lebih banyak dari sebelum nya ketika mereka  menjual dengan harga yg wajar. 

Pertanyaannya adalah, apakah dengan Harga Pokok Produksi sebesar Rp. 15.000,- per kg (misalnya), petani sudah untung jika dia tetap menjual dgn harga Rp. 30.000,-?Tentu saja dia tetap untung! 

Namun siapa yang akan mendapatkan untung lebih banyak, jika petani mau menjual di harga Rp.30.000,- dan konsumen akhir tetap harus membeli Rp. 100.000,-per kg? Tentu saja, para pihak perantara diantara dua sudut distribusi pangan ini yang mendapatkan untung besar. Jadi para pengepul dan spekulan yang mengambil banyak keuntungan. 

PERLUNYA RELASI YANG DEKAT DAN TRANSPARAN ANTARA PETANI DAN KONSUMEN

Disinilah perlu adanya jembatan distribusi dalam suatu hubungan yang lebih dekat dan transparan antara petani dan konsumen akhir. Agar bila petani ingin 'menolong' konsumennya, dia dapat menolong lewat saluran yang tepat, dan bila konsumen ingin 'menolong' petaninya, mereka dapat melakukannya lewat saluran yang tepat. 

Pasar dimana konsumen yang selalu mencari harga paling murah dan petani yang selalu mencari harga paling mahal, harus kita akhiri dengan mencarikan titik temu. Bisakah pertempuran ini berakhir? Bisakah petani dan konsumen menjadi teman, sahabat dalam suatu hubungan covenant dan saling menolong? Seharusnya bisa! 

HARGA YANG WAJAR, PASAR YANG ADIL ADALAH TEMA UTAMA DISTRIBUSI PANGAN DI MASA DEPAN

Jika kita dapat menemukan dan mempertahankan harga yang wajar, dimana kedua pihak mendapatkan keuntungan, maka hubungan 'saling mematikan' antara petani dan konsumen dapat kita akhiri. 

Jika kita dapat membangun suatu hubungan yang transparan, sinergis dan loyal satu sama lain (covenant relation), maka kita dapat bersama-sama mewujudkan pasar yang lebih adil. 

Tentu saja dalam proses nya, kita tetap memerlukan suatu rantai distribusi dimana ada para pihak yang terlibat, selain petani dan konsumen akhir. Tetapi bisakah rantai distribusi itu dibuat lebih adil dan terbuka bagi semua pihak yang terlibat. Bisakah para perantara dalam distribusi itu berperan seperti simpul sinergi dan seperti wasit yang mempertemukan kedua pihak dalam situasi permainan yang adil dan hubungan yang loyal (covenanted relation) 

CARA KITA BERSINERGI DALAM PASAR YANG ADIL DAN SALING MENOLONG

A. Ketika Petani Menolong Konsumen

Ketika pasokan sulit, petani dalam rantai distribusi ini merelakan diri untuk tidak mengambil untung yang terlalu besar, agar konsumen akhir tidak tertekan karena harga yang terlalu tinggi diatas daya jangkau masyarakat. Kita tidak ingin konsumen akhir kita bangkrut atau tidak dapat mengakses pangan, karena bagaimana pun, mereka adalah mitra kita dalam distribusi pangan, dan bagi petani, konsumen akhir adalah sahabat dan pahlawan yang selama ini telah membeli produk pangan petani dan membuat petani bisa bertahan hingga sejauh ini. Atas kesadaran seperti inilah, kita mengambil suatu prinsip, bahwa dalam kondisi pasokan pangan sulit, kita akan memprioritaskan konsumen loyal kita untuk bisa tetap mendapatkan produk pangan dengan harga yang wajar. 

B. Ketika Konsumen Menolong Petani

Tetapi sebaliknya, jika suatu hari terjadi kelebihan  produksi, konsumen dalam rantai distribusi ini harus mau merelakan diri untuk tidak berpindah ke sumber lain yg menjual dengan harga jauh lebih murah. Ini adalah bentuk relasi saling menolong karena para pihak menyadari bahwa 'saya tidak ingin ada pihak lain yang bangkrut' itulah sebabnya kita tetap bertahan untuk berada pada relasi yang telah kita bangun dan mempertahankan tetap berada pada kisaran harga yang wajar. Konsumen loyal dalam jaringan distribusi ini, tetap mau membeli dengan harga yang wajar agar petani yang selama ini telah menyediakan produk pangan berkualitas dengan harga yang wajar dapat tetap eksis dan bisa terus melanjutkan usahanya, karena bagaimana pun, bagi konsumen, petani adalah sahabat dan pahlawan yang telah berjasa sejauh ini untuk menyediakan produk pangan untuk usaha dan keluarga konsumen akhir. 

SUSTAIN FOOD NETWORK - JARINGAN PANGAN LESTARI MANDIRI SEBAGAI JARINGAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI PANGAN DENGAN SEMANGAT PASAR YANG ADIL DAN HUBUNGAN YANG LOYAL

Inilah impian Jaringan Pangan Lestari Mandiri (JPLM) lewat Sustain Food Network yang kita luncurkan. 

JPLM SEBAGAI RUMAH BESAR PETANI, PRODUSEN, DISTRIBUTOR DAN KONSUMEN PRODUK PANGAN

Kita berharap bahwa GPA JPLM akan menjadi rumah besar dimana kita yang terlibat dalam usaha produksi dan distribusi pangan bisa bersinergi dalam mewujudkan pasar yang adil dan hubungan loyal (covenant), sehingga apapun yang akan terjadi pada situasi ekonomi dunia, kita tetap memiliki jaringan distribusi pangan kita dan kita akan tetap bisa melakukan usaha distribusi pangan tanpa terganggu secara signifikan oleh krisis yang terjadi di luar, baik itu krisis pangan maupun krisis finansial. Jadi, pada masa itu kita percaya bahwa bagi kita yang ada di dalam jaringan seperti ini, tetap akan ada makanan dan penyediaan kebutuhan kita, meskipun masa itu mungkin sulit bagi mereka yang sudah terbiasa hidup dalam pasar dimana 'mengejar keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuan bisnis mereka. '

Lewat jaringan ini, kita berharap  akan selalu ada makanan yang sehat, alami dan aman bagi kita dan keluarga kita, dan akan ada keberlanjutan dalam usaha produksi dan distribusi pangan dimana pun. 

Lewat jaringan ini, kita berharap akan selalu ada petani dan produsen pangan yang terus tumbuh dan berkembang, dan akan ada pangan yang sehat dan terjangkau untuk banyak orang, secara khusus bagi mereka yang mau bersama membangun dalam rumah besar ini. 

Ini adalah langkah kami dari kebun GPA, tetapi ini akan menjadi permulaan besar bagi Jaringan Pangan yang Lestari dan Mandiri.  

Selamat Datang di Masa Depan, selamat bergabung di Jaringan Pangan Lestari Mandiri GPA yaitu Sustain Food Network

Kami percaya akan ada Indonesia yang adil dan setara untuksemuanya. 

Katulampa, 22 Juni 2023

Rana Wijaya, 


Founder Sustain Food Network

 Jaringan Pangan Lestari Mandiri

GPA - JPLM


It is possible to have covenant relation between Farmer, Supplier and Consumer. Together we can start a strong, trusted and covenanted relation in Food Distribution. 

We can survive together and get mutuals benefit. Farmers need a loyal Consumer and Consumer need a quality and worth price Food. 

Let us do it! 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUSTAIN FOOD NETWORK